Rabu, 29 Februari 2012


Puisi-Puisi WS Rendra (Mahasiswa dan Pendidikan Karakter)

Sajak Pertemuan Mahasiswa
Oleh : W.S. Rendra
Matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit,
melihat kali coklat menjalar ke lautan,
dan mendengar dengung lebah di dalam hutan.
Lalu kini ia dua penggalah tingginya.
Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini memeriksa keadaan.
Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
Orang berkata “ Kami ada maksud baik “
Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”
WS Rendra Muda
Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
Dan kita di sini bertanya :
“Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ?”
Kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya.
Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota.
Perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja.
Alat-alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya.
Tentu kita bertanya : “Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?”
Sekarang matahari, semakin tinggi.
Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala.
Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan ?
Sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Malam akan tiba. Cicak-cicak berbunyi di tembok.
Dan rembulan akan berlayar.
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda.
Akan hidup di dalam bermimpi.
Akan tumbuh di kebon belakang.
Dan esok hari matahari akan terbit kembali.
Sementara hari baru menjelma.
Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan.
Atau masuk ke sungai menjadi ombak di samodra.
Di bawah matahari ini kita bertanya :
Ada yang menangis, ada yang mendera.
Ada yang habis, ada yang mengikis.
Dan maksud baik kita berdiri di pihak yang mana !
Jakarta 1 Desember 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi

Sajak ini dipersembahkan kepada para mahasiswa Universitas Indonesia di Jakarta, dan dibacakan di dalam salah satu adegan film “Yang Muda Yang Bercinta”, yang disutradarai oleh Sumandjaj\\\



Aasalamualikum wr wb para puisi mania, satu lagi karya sang legendaris ini yang sangat memuakau dan tudak asing dikalangan kita penyuka puisi, benar dan sangat menyentuh puisi ini dari bait awal sudah memperliatkan mahasiswa masa depan dengan pendidikan kita yang sekarang ini sangat di sayangkan sekali semua petinggi negeri ini berpoya-poya namun tak sedikit dari mereka yang masi memikirkan bangsa kita ini ,,,


lihat lah apakah ini adalah tontonan kita atau masalah kita ,,,,,haay petinggi negeri yang hobi makan kertas berwarana di sebut uang, andai saja anak mu bersekolah di tempat seperti ini,,apakah kamu mau,,,,,,apa kah kalian rela,,,lihat salah satu dari mereka adalah anak kita anak bangsa ini mencari ilmu bukan mencari penyakit ,,,,,



Sadar saja tidak cukup ,,,maaf saja kurang mampu membalas ,,,,pedih dan sakitnya penderitaan mereka ...

kau yang berdasi duduk ongkang kaki di atas bumi,
tak kau sadari betapa jenuh kami melihatmu